Al-‘Alim Al-‘Allamah Syaikh Muhammad Sulayman Al-Kurdi, seorang ahli fiqih dalam mazhab bahkan mufti dalam mazhab Imam Syafi’i. Pengarang kitab Al-Fatawa dan Hawasyi Al-Madaniyah ‘Ala Syarh ‘Ibn Hajar Li Al-Muqaddimat Al-Hadhramiyah penjelasan kitab Al-Minhaj Al-Qawim di Indonesia lebih dikenal dengan nama Syarah Ba-Fadhal dan karya yang lebih luas terhadap kitab Al-Minhaj Al-Qawim yang berjudul Al-Mawahib Al-Madaniyyah. Ia lahir pada tahun1715 M. di Damaskus dan wafat di Madinah pada tahun 1194 H./1780 M. Sejak usia muda ia mengikuti ayahnya belajar di Madinah. Disanalah ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan mengajar. Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi merupakan guru utama para penuntut ilmu dari Nusantara.

Syekh Muhammad Al-Jawhari Al-Mashri (1132-1186/1720-1772). Beliau adalah putera seorang ahli hadits Mesir yang ternama dan terkemuka yaitu ‘Ahmad bin ‘Abd Al-Karim bin Yusuf Al-Karimi Al-Khalidi Al-Jawhari Al-Azhari. Muhammad Al-Jawhari Al-Mashri seperti juga sang ayah adalah juga seorang ahli hadits. Selain melanjutkan tradisi hadits dari ayahnya dan menerimanya dari sang ayah ia juga memiliki isnad-isnad melalui ayahnya yang menghubungkan dengan para ulama Seperti ‘Abd Al-Lah dan ‘Ahmad ‘An-Nakhli.

Syekh ‘Abu Al-Fawz Ibrahim Bin Muhammad Az-Zamzami Ar-Ra’is Al-Makki (1110-1194/1698-1780). Ia menguasai berbagai cabang pengetahuan agama. Salah satu keahliannya adalah dalam bidang ilmu Falak (astronomi). Ia mengambil tarekat khalwatiyah dari Musthafa Al-Bakri dan tarekat Naqsyabandiyyah dari ‘Abd Ar-Rahman Al-‘Aydarus.

Syekh Muhammad Murad. Beliau diduga kuat ia adalah Muhammad Khalil bin ‘Ali bin Muhammad bin Murad Al-Husayn (1173-120/1759-1751). Ia dikenal luas sebagai al-muradi terutama karena karyanya kamus biografi empat jilid yang berjuduk Silk Ad-Durar. Ia hidup sezaman dengan Al-Falimbani. Al-Jabarti, seorang kawan baiknya menyatakan bahwa Al-Muradi terutama tinggal di Damaskus, tetapi ia banyak melakukan perjalanan, termasuk ke Haramayn, untuk mengumpulkan informasi mengenai para ulama yang hendak ditulis dalam kamus biografinya. Kemungkinan besar, pada saat kunjungannya ke Haramayn itulah Al-Falimbani berguru kepadanya.

Syekh ‘Athaillah Al-Mashri. Ia adalah ‘Athaillah bin ‘Ahmad Al-Azhari Al-Mashri Al-Makki. Syekh ‘Athaillah adalah seorang ahli hadits ternama dan kawan baik dari Muhammad bin ‘Abd Al-Karim As-Samman, Muhammad Al-Jawhari dan Muttadha Az-Zabidi. Selain itu ia juga dikenal sebagai isnad unggul dalam telaah hadits.

Syekh Abdul Karim As-Samman Al-Madani. Beliau adalah pendiri Tarekat As-Sammaniyyah, lahir di Madinah pada tahun 1132 H. dan wafat di kota yang sama pada tanggal 2 Dzulhijjah 1189/1728 M. Sebagian riwayat mengatakan ia wafat pada tanggal 4 Dzulhijjah 1189 H. Pengajiannya dihadiri oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia Islam.

Syekh ‘Ahmad Bin Mun’im Ad-Damanhuri (1101-1177/1689-1763). Ia dikenal sebagai ahli hadits dan ahli mengenai kajian perbandingan fiqih empat mazhab. Pendidikan utamanya adalah di Universitas Al-Azhar, dimana kemudian ia diangkat sebagai rektor (Syaikh Al-Azhar) pada tahun 1182-1192 H./17698-1778 M. Ia sering bepergian ke Haramayn dan diberbagai tempat ia mengajar banyak murid termasuk diantaranya beberapa murid yang berasal dari daerah Melayu Indonesia.[1]
Guru Guru Syeikh Abdush Shamad Al-Falimbani dalam Menuntut Ilmu
Syeikh Abdush Shamad Al-Falimbani

Penulis: Mina Norliani


Referensi

[1] A. Suryana Sudrajat, Ulama Pejuang dan Ulama Petualang: Belajar Kearifan Dari Negeri Atas Angin, ( Jakarta: Erlangga, 2006), Hal. 66