Imam Abu Dawud
nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Al-Asy’ asy bin Ishaq bin Basyir bin
Sayidad bin Amr bin Umran Al-Azdi asy-Sijistani. Dari namanya, ulama’ ahli
hadits ini terlihat bukan dari bangsa Arab, sebagaimana juga Imam Al-Bukhari,
Muslim, dan An-Nasa’i, melainkan dari Sijistan, sebuah negeri Muslim di Asia
Tengah yang kini termasuk dalam bekas wilayah Uni Sofiet. Abu Dawud lahir pada
tahun 202 H atau 817 M. Bapaknya adalah Al-Asy’ asy bin Ishaq. Ia adalah
seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid dan demikian
juga saudaranya Muhammad bin Al-Asy’ asy termasuk seorang yang menekuni dan
menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan Abu Dawud
dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits.[1]
Beliau mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800
diantaranya dalam kitab sunan Abu Dawud. Nama lengkapnya adalah Abu Dawud
Sulaiman bin Asy’ats as-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, beliau bepergian
ke Arab Saudi, Irak, Khurasn, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat
lain yang menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya. [2]
Belum lagi mencapai
usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan,
mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadits dari para ulama yang tidak
sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah,
Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain. Perlawatannya ke berbagai negeri ini
membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadits, kemudian
hadits-hadits yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya
dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di
sana ia mengajarkan hadits dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab
Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada
tokoh ulama hadits, Ahmad bin Hanbal.Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai
kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas
permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi “Ka’bah”
bagi para ilmuwan dan peminat hadits.[3]
Ia adalah imam dari
imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kelompok Qadariyah, demikian
juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah
Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya, tetapi walaupun demikian dia tetap
dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan diapun membantah Qadariyah dengan
kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam
kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang
menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah.
Maka tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya
bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah. Dia lahir
sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta
masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika
mengkritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat
dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.[4]
Imam Abu Dawud |
Catatan Kaki_________________________
[1] Mukarom Faisal Fosidin , Menelaah Ilmu
Hadis,(PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri:2014),hal :55.
[2] Mukarom Faisal Rosidin, Menelaah Hadis,(PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri:2013).hal.134.
[3] Muhammad
Mojlum Khan, 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, (
Jakarta Selatan : Noura Books Mizan Publika,2012).cet.1.
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud .diakses pada 9-10-216,pukul 03.34.diunduh 30-12-2016,pukul 07:24
0Comments